Welcome to My Blog

Jumat, 10 Desember 2010

Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan

MASYARAKAT PERKOTAAN DAN PEDESAAN








Tak bisa kita ungkiri, bahwa kesenjangan sosial antara masyarakat perkotaan dan pedesaan saat ini telah terjadi di setiap tempat. Tak hanya masyarakat pedesaan yang dianggap buruk oleh masyarakat perkotaan baik dari tingkah laku maupun pola hidup yang mereka terapkan, tapi juga sebaliknya, bahwa masyarakat pedesaan pun beranggapan sama seperti mereka. Namun, ternyata tidak semua masyarakat dari dua golongan ini berpendapat demikian, ada beberapa diantara mereka yang saling berpendapat positif satu dengan yang lainnya. Dalam topik ini, saya akan mengupas masalah ini baik dari segi positif maupun negatifnya.

Karakteristik umum masyarakat pedesaan adalah sebagai berikut:

1. Sederhana

Sebagian besar masyarakat desa hidup dalam kesederhanaan. Kesederhanaan ini terjadi karena dua hal:

a. Secara ekonomi memang tidak mampu

b. Secara budaya memang tidak senang menyombongkan diri.

2. Mudah curiga

Secara umum, masyarakat desa akan menaruh curiga pada:

a. Hal-hal baru di luar dirinya yang belum dipahaminya

b. Seseorang/sekelompok yang bagi komunitas mereka dianggap “asing”

3. Menjunjung tinggi “unggah-ungguh”

Sebagai “orang Timur”, orang desa sangat menjunjung tinggi kesopanan atau “unggah-ungguh” apabila:

a. Bertemu dengan tetangga

b. Berhadapan dengan pejabat

c. Berhadapan dengan orang yang lebih tua/dituakan

d. Berhadapan dengan orang yang lebih mampu secara ekonomi

e. Berhadapan dengan orang yang tinggi tingkat pendidikannya

4. Guyub, kekeluargaan

Sudah menjadi karakteristik khas bagi masyarakat desa bahwa suasana kekeluargaan dan persaudaraan telah “mendarah-daging” dalam hati sanubari mereka.

5. Lugas

“Berbicara apa adanya”, itulah ciri khas lain yang dimiliki masyarakat desa. Mereka tidak peduli apakah ucapannya menyakitkan atau tidak bagi orang lain karena memang mereka tidak berencana untuk menyakiti orang lain. Kejujuran, itulah yang mereka miliki.

6. Tertutup dalam hal keuangan

Biasanya masyarakat desa akan menutup diri manakala ada orang yang bertanya tentang sisi kemampuan ekonomi keluarga. Apalagi jika orang tersebut belum begitu dikenalnya. Katakanlah, mahasiswa yang sedang melakukan tugas penelitian survei pasti akan sulit mendapatkan informasi tentang jumlah pendapatan dan pengeluaran mereka.

7. Perasaan “minder” terhadap orang kota

Satu fenomena yang ditampakkan oleh masayarakat desa, baik secara langsung ataupun tidak langsung ketika bertemu/bergaul dengan orang kota adalah perasaan mindernya yang cukup besar. Biasanya mereka cenderung untuk diam/tidak banyak omong.

8. Menghargai (“ngajeni”) orang lain

Masyarakat desa benar-benar memperhitungkan kebaikan orang lain yang pernah diterimanya sebagai “patokan” untuk membalas budi sebesar-besarnya. Balas budi ini tidak selalu dalam wujud material tetapi juga dalam bentuk penghargaan sosial atau dalam bahasa Jawa biasa disebut dengan “ngajeni”.

9. Jika diberi janji, akan selalu diingat

Bagi masyarakat desa, janji yang pernah diucapkan seseorang/komunitas tertentu akan sangat diingat oleh mereka terlebih berkaitan dengan kebutuhan mereka. Hal ini didasari oleh pengalaman/trauma yang selama ini sering mereka alami, khususnya terhadap janji-janji terkait dengan program pembangunan di daerahnya.

Sebaliknya bila janji itu tidak ditepati, bagi mereka akan menjadi “luka dalam” yang begitu membekas di hati dan sulit menghapuskannya. Contoh kecil: mahasiswa menjanjikan pertemuan di Balai Desa jam 19.00. Dengan tepat waktu, mereka telah standby namun mahasiswa baru datang jam 20.00. Mereka akan sangat kecewa dan selalu mengingat pengalaman itu.

10. Suka gotong-royong

Salah satu ciri khas masyarakat desa yang dimiliki dihampir seluruh kawasan Indonesia adalah gotong-royong atau kalau dalam masyarakat Jawa lebih dikenal dengan istilah “sambatan”. Uniknya, tanpa harus dimintai pertolongan, serta merta mereka akan “nyengkuyung” atau bahu-membahu meringankan beban tetangganya yang sedang punya “gawe” atau hajatan. Mereka tidak memperhitungkan kerugian materiil yang dikeluarkan untuk membantu orang lain. Prinsip mereka: “rugi sathak, bathi sanak”. Yang kurang lebih artinya: lebih baik kehilangan materi tetapi mendapat keuntungan bertambah saudara.

11. Demokratis

Sejalan dengan adanya perubahan struktur organisasi di desa, pengambilan keputusan terhadap suatu kegiatan pembangunan selalu dilakukan melalui mekanisme musyawarah untuk mufakat. Dalam hal ini peran BPD (Badan Perwakilan Desa) sangat penting dalam mengakomodasi pendapat/input dari warga.

12. Religius

Masyarakat pedesaan dikenal sangat religius. Artinya, dalam keseharian mereka taat menjalankan ibadah agamanya. Secara kolektif, mereka juga mengaktualisasi diri ke dalam kegiatan budaya yang bernuansa keagamaan. Misalnya: tahlilan, rajaban, Jumat Kliwonan, dll.

Sedangkan, karakteristik umum masyarakat perkotaan adalah sebagai berikut:

1. Sikap kehidupan

Sikap kehidupan masyarakat kota cenderung pada individualisme/egoisme yaitu masing-masing anggota masyarakat berusaha sendiri-sendiri tanpa terikat oleh anggota masyarakat lainnya, hal ini menggambarkan corak hubungan yang terbatas, dimana setiap individu mempunyai otonomi jiwa atau kemerdekaan untuk melakukan apa yang mereka inginkan.

2. Tingkah laku

Tingkah lakunya bergerak maju mempunyai sifat kreatif, radikal dan dinamis. Dari segi budaya masyarakat kota umumnya mempunyai tingkatan budaya yang lebih tinggi, karena kreativitas dan dinamikanya kehidupan kota lebih cepat menerima yang baru atau membuang sesuatu yang lama, lebih cepat mengadakan reaksi, lebih cepat menerima mode-mode dan kebiasaan-kebiasaan baru. Kedok peradaban yang diperolehnya ini dapat memberikan sesuatu perasaan harga diri yang lebih tinggi, jauh berbeda dengan seni budaya dalam masyarakat desa yang bersifat statis. Derajat kehidupan masyarakat kota beragam dengan corak sendiri-sendiri

3. Perwatakan
Perwatakannya cenderung pada sifat materialistis. Akibat dari sikap hidup yang egoisme dan pandangan hidup yang radikal dan dinamis menyebabkan masyarakat kota lemah dalam segi religi, yang mana menimbulkan efek-efek negative yang berbentuk tindakan amoral, indisipliner, kurang memperhatikan tanggung-jawab sosial.

Berdasarkan paparan diatas maka masyarakat kota memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
• Terdapat spesialisasi dari variasi pekerjaan.

• Penduduknya padat dan bersifat heterogen.

• Norma-norma yang berlaku tidak terlalu mengikat.

• Kurangnya kontrol sosial dari masyarakat karena sifat gotong royong mulai menurun.

Kita dapat membedakan antara masyarakat desa dan masyarakat kota yang masing-masing punya karakteristik tersendiri. Masing-masing punya sistem yang mandiri, dengan fungsi-fungsi sosial, struktur serta proses-proses sosial yang sangat berbeda, bahkan kadang-kadang dikatakan "berlawanan" pula.

Namun, di balik itu semua, Masyarakat pedesaan dan perkotaan merupakan dua aspek yang saling berikatan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Contohnya adalah dalam bidang pangan, tanpa adanya petani di pedesaan, masyarakat perkotaan akan kesulitan mencari bahan pangan untuk kehidupan mereka, karena suatu hal yang tidak mungkin jika mereka harus selalu mengimport makanan dari luar untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka itu. Contoh lainnya adalah dalam bidang pariwisata, saat liburan tiba, masyarakat perkotaan maupun pedesaan memiliki keinginan untuk merasakan suasana kehidupan yang berbeda dari lingkungannya masing-masing, bagi masyarakat pedesaan mereka ingin merasakan kehidupan di perkotaan, dan sebaliknya, masyarakat perkotaan ingin merasakan kehidupan yang berbeda di pedesaan.

Maka dari itu, bukanlah merupakan suatu hal yang baik jika kita memandang rendah golongan suatu kaum, baik yang berasal dari pedesaan maupun perkotaan, karena bagaimanapun juga, masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan saling membutuhkan dan berinteraksi satu sama lain.

Sumber referensi:

http://wahyuni07.blogspot.com/2009/06/kehidupan-dan-karakteristik-masyarakat.html

Program Java-GUI 2

PROGRAM JAVA BERBASIS GUI 2 (Konversi Suhu)

import javax.swing.*;

import java.awt.event.*;

import java.awt.*;

class konversisuhugui extends JFrame

{

private JButton c, k, f, r;

public konversisuhugui()

{

super("Konversi Suhu");

Container container = getContentPane();

container.setLayout(new FlowLayout());

c = new JButton("Celcius");

c.addActionListener(

new ActionListener()

{

public void actionPerformed(ActionEvent e)

{

int ce = 0;

String celcius = "";

celcius = JOptionPane.showInputDialog("Besar Suhu Celcius");

ce = Integer.parseInt(celcius);

int ke = ce + 273;

int fa = ce * 9 / 5 + 32;

int re = ce * 4 / 5;

JOptionPane.showMessageDialog(null,ce + " " + "C -> Kelvin = " + ke + "\n" + ce + " " +

"C -> Fahrenheit = " + fa + "\n" + ce + " " + "C -> Reamur = " + re);

}

}

);

container.add(c);

k = new JButton ("Kelvin");

k.addActionListener(

new ActionListener()

{

public void actionPerformed(ActionEvent e)

{

int ke = 0;

String kelvin = "";

kelvin = JOptionPane.showInputDialog("Besar Suhu Kelvin");

ke = Integer.parseInt(kelvin);

int ce = ke - 273;

int fa = (ke - 273) * 9 / 5 + 32;

int re = (ke - 273) * 4 / 5;

JOptionPane.showMessageDialog(null,ke + " " + "K -> Celcius = " + ce + "\n" + ke + " " +

"K -> Fahrenheit = " + fa + "\n" + ke + " " + "K -> Reamur = " + re);

}

}

);

container.add(k);

f = new JButton("Fahrenheit");

f.addActionListener(

new ActionListener()

{

public void actionPerformed(ActionEvent e)

{

int fa = 0;

String fahrenheit = "";

fahrenheit = JOptionPane.showInputDialog("Besar Suhu Fahrenheit");

fa = Integer.parseInt(fahrenheit);

int ce = (fa - 32) * 5 / 9;

int ke = (fa - 32) * 5 / 9 + 273;

int re = (fa - 32) * 4 / 9;

JOptionPane.showMessageDialog(null,fa + " " + "F -> Celcius = " + ce + "\n" + fa + " " +

"F -> Kelvin = " + ke + "\n" + fa + " " + "F -> Reamur = " + re);

}

}

);

container.add(f);

r = new JButton("Reamur");

r.addActionListener(

new ActionListener()

{

public void actionPerformed(ActionEvent e)

{

int re = 0;

String reamur = "";

reamur = JOptionPane.showInputDialog("Besar Suhu Reamur");

re = Integer.parseInt(reamur);

int ce = re * 5 / 4;

int ke = re * 5 / 4 + 273;

int fa = re * 9 / 4 + 32;

JOptionPane.showMessageDialog(null,re + " " + "R -> Celcius = " + ce + "\n" + re + " " +

"R -> Kelvin = " + ke +"\n" + re + " " + "R -> Fahrenheit = " + fa);

}

}

);

container.add(r);

setSize(380,70);

setLocationRelativeTo(null);

setVisible(true);

}

public static void main(String[]abi)

{

konversisuhugui test = new konversisuhugui();

test.setDefaultCloseOperation(JFrame.EXIT_ON_CLOSE);

System.out.print("Pilih suhu yang ingin di konversikan !");

}

}


Program Java-GUI 1

PROGRAM JAVA BERBASIS GUI 1 (Perhitungan Faktorial)

import javax.swing.*;

import java.awt.event.*;

import java.awt.*;

class GUIfak extends JFrame implements ActionListener

{

double hasil;

Container con = new Container();

JButton hapus, ok;

JTextField tex1, tex2;

double fakt(double angka)

{

if(angka == 0)

{

return 1;

}

else

{

return angka*fakt(angka-1);

}

}

public GUIfak()

{

super("PROGRAM FAKTORIAL");

setSize (300,250);

ok = new JButton ("Faktorial");

hapus = new JButton ("Hapus");

ok.addActionListener (this);

hapus.addActionListener (this);

JPanel tombol = new JPanel ();

hapus.setEnabled (false);

tombol.setLayout (new GridLayout(1,2,10,10));

tombol.add (hapus);

tombol.add(ok);

tex1 = new JTextField("");

tex2 = new JTextField("");

tex2.setEditable (false);

JPanel tex = new JPanel();

tex.setLayout(new GridLayout (2,1,10,10));

tex.add(tex1);

tex.add(tex2);

con = getContentPane();

con.setLayout(null);

tex.setBounds(100,80,100,50);

tombol.setBounds(50,150,200,30);

con.add(tombol);

con.add(tex);

show();

}

public void actionPerformed (ActionEvent e)

{

try

{

if (e.getSource()==ok)

{

hapus.setEnabled(true);

double angka = Double.parseDouble(tex1.getText());

hasil = fakt(angka);

}

tex2.setText(Double.toString(hasil));

if (e.getSource() == hapus)

{

tex1.setText("");

tex2.setText("");

hapus.setEnabled(false);

}

}

catch(Exception ex)

{

hapus.setEnabled(false);

JOptionPane.showMessageDialog(this, "Masukkan nilai yang benar..!!");

}

}

public static void main(String[] args)

{

GUIfak q = new GUIfak();

q.setResizable(false);

q.setDefaultCloseOperation(EXIT_ON_CLOSE);

}

}