Welcome to My Blog

Senin, 09 Agustus 2010

FORBIDDEN LOVE

FORBIDDEN LOVE

Banyak hal baru yang ku temui setelah meninggalkan rumah lamaku di kota seberang, termasuk lelaki itu.... Pagi ini adalah tahun pertamaku memulai pelajaran di sekolah itu. Bangunan yang cukup besar, dengan arsitektur bergaya eropa, sehingga terlihat agak menyeramkan saat malam hari. Sebuah bangunan tua yang sudah tak terawat dan hampir runtuh, berdiri di samping sekolah itu, cukup tinggi, dan agak menakutkan, namun terlihat indah saat siang hari. Aku berlari sekuat tenaga tuk sampai di sekolah tepat waktu. Terdengar langkah kaki dari arah belakangku, ternyata aku tidak sendiri, terlihat 4 orang dan seseorang yang menjadi pusat perhatianku, bertubuh tinggi, kurus, berkacamata, dan rambut ala harajuku, dengan wajah yang lumayan tampan, mereka semua menuju arah yang sama denganku. Akhirnya, sampai juga kami di kelas. Saat bel istirahat berbunyi, semua anak keluar kelas, kecuali pria yang menarik perhatianku tadi. Ia lebih suka membaca buku-buku pelajarannya daripada bermain dengan yang lain atau pergi ke kantin sekolah. Aku berniat menghampirinya, namun perasaan ragu pun muncul, ketika ia berdiri, dan berjalan keluar kelas. Aku mengejarnya keluar kelas, dan mencarinya ke seluruh tempat, namun ia tak kutemukan. Bel pun berbunyi, aku melihat pria itu berhenti di depan bangunan tua, di samping sekolah, ia tidak melakukan apa-apa, hanya memalingkan pandangannya ke arah bangunan tua itu. Aku tak tahu apa yang ia lakukan. Cukup lama ia berdiri disana. Karena bosan, aku memilih tuk pulang ke rumah. Keesokan harinya, aku menceritakan hal tersebut keempat orang teman baruku, mereka bernama Theo, Nigel, Sarah, dan Jessica. Sarah mengajak kami tuk berkenalan dengan pria misterius itu. Kami menghampirinya, dan berkenalan dengannya. Dia memiliki gaya bicara dan tingkah laku yang aneh saat berbincang dengan kami, ia hanya menunduk, tidak berani menatap mata kami, dan beberapa kali menggerakan kepalanya dengan cepat. Setelah berbincang yang sangat lama, kamipun akhirnya mengetahui bahwa ia bernama Aoi. Ayahnya yang berasal dari jepang, memberinya nama jepang itu, yang memiliki arti biru. Entah mengapa nama yang aneh itu di berikan untuknya.

Aku dan keempat temanku, berencana membantunya tuk memiliki tingkah laku seperti anak yang lain. Namun hal itu tak mudah, sudah puluhan cara kami coba tuk membantunya, namun tak ada yang berhasil. Kedekatanku dengan dirinya, membuat perasaanku berubah, dari yang biasa-biasa saja, menjadi luar biasa. Tingkahnya yang unik, membuatku jatuh hati kepadanya. Tak terasa, telah 1 tahun kami mendapatkan pendidikan disana. Tepat di awal bulan juli, Aoi memberikan kabar kurang menyenangkan kepada kami, bahwa dalam waktu dekat ayahnya akan membawa Aoi pindah ke Jepang, untuk mendapatkan pendidikan sekaligus menjalani terapi tuk dirinya disana. Aku bingung, apa yang harus kulakukan tuk mempertahankannya agar tidak pindah, karena aku tidak mau ia pergi, pergi jauh dari diriku. Perasaan cintakulah yang telah membuatku tak ingin berpaling darinya. Akhirnya, aku memutuskan tuk mengungkapkan perasaan yang telah membuatku tak berhenti memikirkan dirinya ini pada Aoi. Aku mengajaknya tuk makan malam bersama di sebuah restaurant yang cukup ternama di daerah kami, dan ia pun menerimanya.

Tibalah aku di restaurant tersebut. Hampir 30 menit aku menunggu, dan ia pun tak kunjung tiba. Sampai habis kesabaranku menunggunya, dan memutuskan untuk pulang ke rumah. Namun, saat keluar pintu restaurant, aku melihatnya di seberang jalan. Ia menghampiriku, dan meminta maaf atas keterlambatannya. Aku pun menerima permintaan maafnya. Kami berjalan bersama malam itu. Tak terasa, arlojiku telah menunjukkan tepat pukul 11 malam. Ku beranikan diriku tuk mengungkapkan perasaan cintaku ini padanya, namun tak ada respon darinya, mungkin karena memang sikapnya yang aneh itu, membuat dirinya tak mengerti apa yang ku lakukan, pikirku. Dengan sedikit rasa kecewa, kami mengakhiri malam itu, dan kembali ke rumah. Sesampainya di rumah, aku melihat seorang pria di sebrang rumahku, ia menggunakan jubah hitam, dan wajahnya terlihat samar-samar malam itu. Dia mengatakan bahwa dirinya adalah seorang iblis, dan ia pun mengatakan bahwa seseorang yang kucintai bernama Aoi itu, ia pun seorang iblis, dan ayahnya yang secara fisik seperti orang jepang itu, adalah seorang raja iblis, yang ikut turun ke bumi. Karena ia tidak terbiasa berinteraksi dengan manusia, maka ia bertingkah aneh seperti itu. Ia diturunkan ke bumi dengan tugas menjaga jumlah iblis di bumi agar tetap pada jumlahnya saat itu. Ia pun mengatakan, jika ada iblis lain yang mengganggu, aku dilarang membocorkan rahasia ini kepada mereka, atau Aoi akan di kirimkan kembali ke neraka. Aku merasakan takut yang luar biasa hebat, setelah mendengar perkataannya itu. Bukan karena Aoi adalah iblis, tapi aku takut jika Aoi di kembalikan ke neraka dan aku tak dapat bertemu dengannya lagi. Aku sudah terlanjur mencintainya, dan tak perduli walaupun ia seorang iblis. Aku pun telah menceritakan hal tersebut kepada Theo, Nigel, Sarah, dan Jessica. Mereka bersedia membantuku untuk menjaga rahasia ini.

Semenjak kejadian malam itu, tak jarang aku dan teman-teman mendapat banyak gangguan dari iblis-iblis yang meminta membocorkan rahasia itu. Dari mulai kecelakaan di jalan, terjebak di kota hantu, sampai pada akhirnya bertemu dengan iblis terkuat, yang kekuatannya melebihi raja iblis (ayah Aoi). Kami bertemu dengannya, malam hari, di bangunan tua samping sekolah. Iblis itu memiliki wajah yang hampir mirip dengan ayah Aoi, yang berwajah jepang itu. Matanya yang tajam menyerupai seekor serigala, menatap ke arah kami. Ia mengenakan tuxedo hitam, dengan bunga mawar merah di saku kirinya. Penampilan ala bangsawan itu, menjadikannya pusat perhatian oleh kami. Dari dalam, bangunan tua itu bagaikan labirin yang membuat kami terperangkap di dalamnya, dan kami pesimis, bahwa kami tak akan dapat keluar dari bangunan tersebut. Iblis itu menangkap Aoi, dan membawanya ke atas labirin tempat kami berpijak. Saat itu juga, raja iblis pun datang dengan cepat dan menghampiri iblis yang menangkap Aoi itu. Mereka terlihat sedang membicarakan sesuatu dengan bahasa yang tak kami mengerti. Tak lama kemudian, ia melepaskan Aoi, dan secara tiba-tiba, labirin di dalam bangunan tua itupun hilang. Iblis itu pergi dengan cepat ke lantai bawah, dan tak terlihat lagi. Aku menghampiri Aoi yang berjalan tergopoh-gopoh menuju kami, dan aku memeluknya. Ia berubah, Aoi yang sebelumnya polos, lucu, dan sering membuat orang tertawa dengan tingkahnya, sekarang menjadi pendiam, dan tatapan matanya kosong, sayu, dan terlihat sedih. Wajahnya pun pucat bagai mayat hidup. Perasaan sedih, bingung, takut, semua bercampur aduk dalam hatiku. Akupun menangis dalam dekapan peluknya. Aku mengatakan semua perasaan yang kurasakan padanya, namun ia hanya membalas dengan perkataan ‘maaf’. Aku merasakan kesal dan kaget, karena Aoi yang sekarang, bukanlah Aoi yang kukenal sebelumnya.

Waktupun sudah hampir tengah malam. Kualihkan pembicaraanku dengannya, dan bilang ke yang lain untuk segera meniggalkan tempat itu. Saat ku raih tangannya, ia mengatakan sesuatu padaku, “maaf yaa… aku gak bisa jadian sama kamu….”, dan akupun membalasnya, “kenapa ?? apa karena kita berbeda ??”, “bukan.. Tapi karena aku gak punya perasaan yang sama, seperti yang kamu rasakan padaku… Aku hanya menganggap kamu seperti teman biasa, sama dengan yang lain.. Sekali lagi, maaf yaa…” jawabnya. Belum selesai tangisanku terhadap kejadian ini, ia sudah menambahnya dengan perkataan itu. “Ehm.. kita masih bisa berteman kan ??”, katanya, aku hanya menjawab, “iya..” dengan senyuman dan air mata yang masih mengalir di pipiku. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari atas, lantai tiga bangunan itu mulai runtuh, kami berlari keluar dari bangunan itu dengan tergesa-gesa, hingga Aoi terjatuh. Aku mencoba tuk menghampirinya yang tertinggal jauh di belakang, tapi Theo menarik tanganku, dan menegaskan bahwa bangunannya akan runtuh, kami pun berlari meninggalkan bangunan tua itu.

Tanpa sadar, tiba-tiba aku mendengar suara alarm dari handphone yang kuletakkan di sampingku. Aku membuka mata, dan aku baru sadar bahwa aku berada di kamar tidurku, dengan pakaian yang ku kenakan saat di restaurant dan berjalan-jalan dengan Aoi malam hari. “Ternyata, ini hanya mimpi !!!” dengan gembiranya aku berteriak. Aku bergegas mandi dan berangkat ke sekolah. Sesampainya di kelas, semua biasa-biasa saja, sampai aku melihat kursi yang biasa Aoi tempati ternyata kosong. Aku bertanya kepada yang lain, mereka bilang kursi itu memang sejak lama tak ada yang menempati, bahkan Theo, Nigel, Sarah, dan Jessica, tidak pernah ada di sekolah itu, dengan kata lain, mereka semua hanyalan imajinasiku saja. Dengan perasaan bingung dan kesal, aku mencoba mempercayai itu semua. Tak lama kemudian, guruku masuk ke kelas, diikuti seorang pria tinggi, tampan, berambut harajuku, dan berpenampilan cool, di belakangnya. Ia memperkenalkan murid baru tersebut di depan kelas. “Aoi !!!” aku berteriak dalam hati. Namun, kini ia tanpa menggunakan kacamata. Dengan senyum yang dingin, ia menatapku. Ia memperkenalkan diri di depan kelas, bahwa ia bernama Ryu, dan bukanlah Aoi. Bel pulang berbunyi. Aku mengikuti ia yang berjalan seorang diri, dan mengambil mobil berwarna merahnya dari sekolah. Ia mengetahui kehadiranku, dan mengajakku berkenalan. Tak lama kemudian, ia menawarkanku tuk datang ke rumahnya saat itu juga, dan akupun mau. Sesampainya di rumahnya, cukup jauh memang dari sekolah, aku dipersilahkan masuk ke dalam rumahnya yang besar itu. Aku pun dipersilahkan duduk di ruang tamu, dan ia pergike kamar untuk mengganti pakaian. Aku duduk seorang diri di ruang tamu. Tiba-tiba, ada 4 orang remaja seusiaku masuk melalui pintu depan menggunakan pakaian bangsawan. “Theo, Nigel, Sarah, Jessica..!”, aku memanggil mereka. Mereka menatap dan tersenyum padaku. Tak lama kemudian, seorang pria dewasa dengan berpakaian bangsawan juga menghampiriku. “Raja iblis ! (Ayah Aoi)”. Mereka berkumpul dan menatapku. Tak lama, Ryu pun datang, dan kali ini ia menggunakan pakaian yang sama seperti mereka, pakaian bangsawan. “Hai…” ia menyapaku, “Aku Aoi.. masih ingatkah ?? maukah kamu menjadi bagian dari keluarga kami ??” Aku terdiam membeku. Dan tiba-tiba, tubuhku menjadi dingin, dan Aoi memberiku sebuah gaun yang sangat indah. ”Maukah kau menjadi permaisuriku…??”.

àTAMATß